Rabu, 30 Desember 2009

Otak dan Watak

Saya ingin menyampaikan apa yang telah saya ketahui, bahwa adanya hubungan antara otak terhadap watak dari masing – masing individu. Saya telah membaca dari salah satu media cetak terkemuka yang terbit setiap hari. Di situ dibahas bahwa orang – orang yang ber-IQ tinggi belum tentu dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cepat dan tepat.
Seperti pada akhir – akhir ini kita telah melewati tahap akhir dari “Pesta Demokrasi Indonesia” yang ditutup dengan dilantiknya para menteri – menteri sebagai pembantu Presiden, yang dikenal sebagai seorang yang sangat ahli di bidangnya masing – masing. Di mata rakyat Indonesia, mereka para menteri sudah di pandang sebagai orang yang intelek dan berpendidikan tinggi, yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang ada pada bidangnya.
Demokrasi yang dianut Indonesia saat ini sudah dapat membuka pikiran masyarakat luas, bahwa masalah – masalah yang ada saat ini tidak hanya masalah yang berasal dari dalam saja, melainkan juga masalah yang timbul dari luar suatu instansi ataupun organisasi pemerintahan. Seorang menteri contohnya, mereka bukan hanya harus dapat mengatasi yang ada pada masalah intern melainkan juga masalah yang berasal dari para pencari berita yang datang dari berbagai media. Dan itu semua diperlukan suatu kecermatan dalam berpikir, dan kecermatan dalam mengatasi ataupun mengambil keputusan dalam suatu masalah. Kecermatan itu sendiri saat ini tidak dapat lagi hanya mengandalkan kecerdasan biasa.
Kadang seorang pemimpin disuatu perusahaan mengalami kegagalan yang bukan berasal dari tingkat kecerdasanya, melainkan dari suatu kemampuan apakah dia piawai dalam mengelola orang – orang yang ada di bawahnya dalam mencapai tujuan bersama yang telah di sepakati. Contohnya apabila ada seorang pemimpin yang hanya berpendidikan SMA dapat mengatasi suatu defisit keuangan dalam suatu perusahaan, di bandingkan seorang pemimpin yang perpendidikan sarjana tetapi hanya dapat mengakibatkan suatu perusahaan mengalami kebangkrutan. Maka yang hanya berpendidikan SMA lah yang bisa dianggap sukses, sedangkan yang berpendidikan sarjana dianggap gagal dalam menyelesaikan suatu masalah. Dari sini kita dapat melihat bahwa kecermatan dalam berpikir tidak dapat diukur oleh seberapa tinggi tingkat kecerdasan seseorang melainkan melalui kecermatan dalam berpikir dan pengambilan keputusan dalam suatu pemecahan masalah yang timbul. Dengan cara demikian, maka watak dari seseorang akan sangat dipengaruhi dengan sikap kita dalam menyelesaikan masalah, dan setidaknya kita akan menjadi orang yang cekatan dan cermat dalam menyelesaikan suatu masalah yang ada.

1 komentar: